Rabu, 09 September 2009

Penyesuaian dengan fitrah alam 1

Sebagaimana kita ketahui bahwa semua yang ada di alam ini tidak mungkin ada dengan sendirinya.
Keberadaan suatu benda diperlukan suatu kekuatan, daya upaya, sarana prasarana,maupun asal materi pembentuk.
Demikian pula kemunculan alam semesta seisinya terwujud pasti diperlukan Alkholiq Dzat pencipta, pembentuk, dan penyempurna ciptaanNya.
Pemaham dari golongan orang beragama berbeda dengan pemaham dari golongan Darwinisme atau skulerisme Karl Marc yang percaya keberadaan makhluk alam semesta ini ada terbentuk dengan sendirinya. Ada tanpa ada pencipta.Kemunculan suatu makhluk ada dengan cara sim salabim ada kadabra, yang semula tidak ada, maujud pada suatu waktu tanpa sebab.
Ini bukankah berbeda dengan pendapat hukum akal yang bisa dinalar wajar oleh manusia waras. ( baca wajar )
Meletakkan dasar pemahaman sesuai rasa priksa dan karsa selaras dengan fitrah manusia menjadi dasar ketengan jiwa( hidup)yang bisa diterima.
Petunjuk agama menyatakan :
Alaa bi dzikrillahi tathmainnal quluub.
Ingatlah , bahwa dengan terhubung ingat kepada Allah swt, jiwa hidup menjadi tenang.
Fa aqim wajhaka liddiini haniifaa fithrotallahil latii fathoronnaasa 'alaiha laa tabdiila likholqillah dzaalikad diinul qoyyimu walaakinna aktsaron naasi laa ya'lamuun.
Maka tatakanlah pendirianmu pada agama sebagai backround sandaran yang sesuai dengan fitrah design ciptaan manusia. Tidak ada ketidak cocokan pada ciptaan makhluk Allah. Yang demikian itu merupakan tatacara hidup yang benartepat tegak di atas design fitrahnya. Hanya kebanyakan manusia tidak bisa mengetahuinya.
Peletakan dasar kebijakan cara-cara hidup yang selaras dengan design alami akan memunculkan identifikasi keselamatan, kesentosaan dan kesetabilan.
Sebaliknya cara-cara hidup yang bertentangandengan fitrah alami akan memunculkan inkonsisten penyimpangan yang berakibat kerusakan, ketidakstabilan hidup, kesakitan dan kehancuran.
Konsep cara hidup sesuai agama tersebut dapat diterapkan pada seluruh tatanan aturan hidup operasional mekanisme ekosistem baik phisik maupun psikis, riel maupun imateriel.
Hanya didalam pemilihan agama sebagai atuuran yang relefan, konstitusional yang cocok foundamentalistis sesuai fitrah alam perlu seleksi dengan benar-benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar